Perjalanan The Mercy's Grup Band Legendaris Indonesia

Jakarta, jalurseleberiti.com,-
The Mercy’s pertama kali dibentuk pada tahun 1965 (dilansir dari kanal YouTube SDI City), dengan personel Erwin Harahap (gitar), Rinto Harahap (bass), Reynold Panggabean (drum), Rizal Arsyad (gitar/vokal) dan Iskandar alias Boen (Keyboard). Grup band The Mercy’s dibangun oleh sekelompok anak muda yang berasal dari satu daerah di Medan, Sumatera Utara yang mempunyai satu visi yang sama, membentuk band pesta.

Band ini dibawah pimpinan Rizal Arsyad (mantan suami Iis Sugianto) dan Reynold Panggabean di dapuk menjadi drummernya. The Mercy’s selalu mengikuti tren perkembangan musik mancanegara, sehingga mereka sering mengacu pada band The Beatles, The Bee Gees, The Holly’s, CCR maupun Monkeys. Namun sesekali mereka juga membawakan lagu-lagu band lokal, seperti Koes Plus dengan hits-nya Telaga Sunyi.

Nama The Mercy’s sendiri secara spontan terbersit diingatan mereka karena menyukai naik mobil merk Mercy. Jika diartikan dalam Bahasa Perancis, Mercy’s artinya kasihan atau bisa juga terima kasih. Mereka mengusung kisah esensial sejarah dan kenangan yang suka hura-hura, dan berkiblat dengan band-band pesta di Jakarta, seperti Noor Bersaudara, Ceking, Cruss dan Medinas.

Menariknya belum setahun terbentuk, The Mercy’s sudah dapat tawaran show di Malaysia. Ketika ada undangan untuk show di Penang, Malaysia pada tahun 1970, Iskandar memutuskan tidak ikut. Ia memilih mengundurkan diri karena kuliahnya di Fakultas Kedokteran tidak mengizinkannya untuk meninggalkan bangku kuliah (dan menjadi ahli bedah syaraf).

Posisi Iskandar lalu digantikan oleh Charles Hutagalung yang saat itu telah keluar dari band sebelumnya “Bhayangkara Nada”. Formasi lengkap pemain The Mercy’s kemudian berubah menjadi Erwin Harahap (gitar melodi), Rinto Harahap (gitar bass), Rizal Arsyad (gitar rhythm), Reynold Panggabean (drum) dan Charles Hutagalung (keyboard/organ).

Dengan masuknya Charles Hutagalung, The Mercy’s menjadi sebuah band yang terasa berbeda dari sebelumnya, Charles Hutagalung memiliki kemampuan bermain keyboard yang baik serta kualitas suara untuk ditampilkan sebagai penampilan pembuka The Mercy’s.

Posisi Rinto tidak lagi menjadi vokalis utama, namun masih kerap berbagi lagu dengan Charles untuk dibawakannya. The Mercy’s melewatkan hampir tiap malam mengisi acara di Night Club Chusan Hotel di Malaysia. Di tahun-tahun pertama terbentuknya The Mercy’s mereka masih berpetualang dari satu klub malam ke klub malam yang lain, mulai dari Medan sampai Penang Malaysia.

Kemudian The Mercy’s mendapat tawaran show ke Vietnam, pada saat itu masih perang saudara dan nyawa adalah taruhannya. Namun tidak menyurutkan nyali para personel The Mercy’s dan merupakan tantangan untuk lebih dikenal di negara lain.

Dengan kondisi itu di negara perantauan menimbulkan naluri bakat menulis lagu dari salah satu personelnya. Charles dalam kesendiriannya mampu menorehkan bait demi bait menghasilkan lagu-lagu hebat salah satunya berjudul ‘ Tiada Lagi’ yang disuatu saat melambungkan nama The Mercy’s di puncak ketenaran dan dengan lagu ini juga menjadi super grup yang banyak diminati jutaan penggemarnya.

Pada Tahun 1972 The Mercy’s memutuskan hijrah ke Jakarta, mereka hijrah atas jasa Herman Tobing (adik ibu dari Erwin dan Rinto Harahap). Dan dijanjikan akan memberi tempat atau wadah untuk bermusik. Pada mulanya di Jakarta The Mercy’s masih tampil di beberapa klub malam dengan membawakan lagu karya mereka sendiri.

Kesempatan di Jakarta benar-benar dimanfaatkan oleh The Mercy’s untuk memperkenalkan lagu karya mereka sendiri, seperti : Hidupku, Sunyi, Love, dll. Di Jakartalah The Mercy’s mampu menembus dominasi grup-grup band dari Jakarta dan Bandung.

Setelah di Jakarta pasang surut yang melanda blantika musik Indonesia juga dirasakan oleh The Mercy’s hingga akhirnya memasuki dunia rekaman. Pada masa jaya The Mercy’s pernah masuk The Big Five bersama Koes Plus, Panbers, D’lloyd dan Favourite Grup. The Mercy’s sempat bertahan sampai dengan dua dekade dan hingga saat ini menjadi grup band legendaris Indonesia karena lagu-lagunya masih dinikmati dan disukai sampai saat ini.(Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama