FERRY ZEIN Penata Musik Lagu Minang NAN TIDO MANAHAN HATI Peraih HDX Award Tahun 1995

 

Padang, jalurseleberiti.com, Ferry Zein penata musik lagu Minang Nan Tido Manahan Hati yang berhasil meraih Anugrah HDX Award 1995 dan dan pada tahun yang sama mendapat penghargaan dari Gubernur Sumatera Barat sebagai musik Minang terbaik. Lagu Minang Nan Tido Manahan Hati adalah karya cipta Agus Taher yang dinyanyikan oleh (alm) Zalmon.

Alumnus Akademi Pariwisata dan Perhotelan Trisakti dan Akademi Wiraswasta Dewantara Jakarta, sementara ilmu musik yang Ferry Zein miliki berasal dari keluarganya yang dikenal keluarga musik, “sejak SD di rumah kami di Jakarta sebagai tempat latihan grup band yang para pemain bandnya orang keturunan Minang semua, seperti Indra Kagami pemain keyboard, saya sangat akrab sekali dengan musik”, jelasnya mengenai ilmu musik yang dimilikinya.

Ferry Zein sendiri punya Tante seorang penyanyi legend Nurseha yang lagunya sangat populer “Ayam Den Lapeh”, juga pada waktu itu Yuman Darmansyah sering main band dirumah orang tuanya sehingga Ferry Zein tumbuh dan berkembangnya sehari-hari dengan musik baik itu musik Minang maupun Musik Indonesia.

Keahliannya bermain musik tidak diragukan lagi, semasa SMA Ferry Zein sudah main musik di TVRI Jakarta, pada acara mengiringi penyanyi-penyanyi berbakat. Di TVRI lah Ferry Zein mulai menggeluti dunia musik walau pada awalnya dia mengaku tidak profesional, hanya bersifat ikut-ikutan mau ngetrend pada masa itu.

Ferry Zein akhirnya hijrah ke Padang karena bekerja dan jadi pemain band “Gita Buana” di RRI Padang, dan di Kota Padang Ferry Zein mulai memasuki dunia rekaman bersama Amir Sampuraga, juga Parlan S dengan lagu ‘Jurang Dalam’, ‘Tarbayang Jo’ dan direkam di Kota Padang.

“Saya waktu itu tidak ke bagian rekaman di Jakarta karena ga kebagian rekaman di Jakarta, akhirnya rekaman di Padang, walau tidak sebagus studio rekaman di Jakarta tapi saya memulai dunia rekaman di Padang, Alhamdulillah lagu Tarbayang Juo cukup terkenallah”, Ferry Zein mengenang awal masuk dapur rekaman.

Sejak rekaman pertama tentu nama Ferry Zein cukup dikenal di Padang, dan koleganya di dunia musik pun semakin banyak, hingga Amir Sampuraga, Agus Taher dan (almh) Zalmon menawarkan Ferry Zein untuk menggarap album baru, sebenarnya lagu itu sudah digarap selama 6 bulan.

“Ketika itu Agus Taher dan Zalmon menawarkan saya untuk menggarap album baru, sebenarnya mereka sudah menggarap lagu itu sudah 6 bulan, Kasih Janji Muaro dengan seseorang pemusik di Padang juga tapi tidak selesai-selesai, akhirnya mereka memutuskan untuk mengganti pemusik dan saya yang dipercaya untuk musiknya, dan mulailah saya menggarap musiknya”, Ferry Zein menjelaskan awal bekerja sama dengan Agus Taher dan (alm) Zalmon.

Album yang dirilis Zalmon pun selesai dan mulai dipasarkan dengan label Sinar Padang Record, namun awal album itu beredar ternyata tidak diterima oleh masyarakat pencinta lagu Padang, tidak laku dipasaran sampai 6 bulan. Namun memasuki bulan ke-7 kaset mulai disukai oleh masyarakat Indonesia.

“mungkin karena sering didengar lama kelamaan lagu itu banyak di sukai, pada waktu itu saya pergi ke Bangkinang, Pekanbaru, Jambi dan seluruh Indonesia kaset lagu itu dan akhirnya meledak dipasaran, dan setelah lagu itu meledak lagu-lagu Zalmon yang dulunya tidak meledak ikut terdongkrak dipasaran, hingga akhirnya Zalmon mendapatkan Anugerah HDX Award sebagai lagu dengan penjualan kaset terbanyak” Ferry Zein menjelaskan Album Kasetnya.

Tahun 1995 Ferry Zein dan Zalmon membuat album baru Ratok Pandiampo, dan di album ini Agus Taher tidak dilibatkan dan album ini pun meledak dipasaran dan Zalmon pun banyak sekali pada waktu itu undangan untuk tampil di mana-mana.

Ferry Zein pun saat lagu-lagu Zalmon meledak dipasaran dapat banyak tawaran untuk menata musik lagu yang akan masuk studio rekaman pada waktu itu. Akhirnya Ferry Zein membuat studio rekaman sendiri pada tahun 1995, dan pertama kali yang rekaman di studionya penyanyi Vanny Vabiola (waktu itu masih penyanyi cilik).

Setelah membuat studio rekaman sendiri, sahabatnya Agus Taher pun sering berkunjung ke studio tersebut bersama penyanyi Anroy’s tahun 1997 melakukan rekaman di studionya untuk lagu Sakik Manahan Sadu dan juga Boy Sandi rekaman di studionya untuk lagu Patah Bacinto, dan masih banyak penyanyi yang rekaman di studionya.

Ferry Zein berpendapat dengan banyaknya perubahan di dunia musik, “dunia musik ini luas tiada tepinya, sehubungan dengan perkembangan musik di Minang luar biasa bagusnya, ada remix, Pop Minang, Pop Malaysia, tapi semua terasa Minangnya walau tidak sama dengan era-era sebelumnya, dan keragaman itu harus dijaga tapi tetap Minang, namun kualitas musisinya, karena di Indonesia ini ada Standar Kompetensi Musik, baru dia bisa menciptakan yang standar-standar Nasional” Ferry menjelaskan kualitas musisi saat ini.

Mereka kebanyakan hanya mengandalkan bakat alam saja, karena saking banyaknya, banyak juga yang berhasil, walaupun yang gagal bisa puluhan kali lebih banyak, yang kita lihat yang berhasil saja kan, tapi yang tidak berhasil sangat banyak, alangkah baiknya mereka punya dasar musik yang kuat, hal ini mau tidak mau pemerintah harus ikut campur, minimal meningkatkan standar kualitas seniman yang ada di daerah kita (Sumatera Barat-Red) supaya mereka berkualitas” pungkasnya.

Ferry Zein pada tahun 2011 termasuk ke dalam 10 Tokoh yang mandapat anugerah penghargaan Maestro Musik Minang. Tahun 2017 Ferry Zein mandapat pengakuan dari Badan Nasioanal Sertifikasi profesi sebagai Aksesor Musik Indonesia dan tahun 2018 sebagai Instrumentalis keyboard ber sertifikat nasional.

Pembicaraan Ferry Zein dengan Dafan Mulifa selengkapnya dapat di tonton di kanal YouTube @mulifa_channel.(DM)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama