Jakarta, jalurseleberiti.com, S. Bagio satu-satunya anak lelaki keluarga Siswo Soewarno. Sejak kecil, si bungsu ini sering ditinggal ayahnya, Asisten Wedana Sumbang, Purwokerto, Jawa Tengah. Saat Bagio berusia 12 tahun, ibunya meninggal. Untuk mengusir sepinya, ia menghibur diri dengan keluyuran (dikutip dari wikipedia).
Pelawak S. Bagio lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 3 Maret 1933. Darah seniman lawak diturunkan oleh ayahnya yang menjadi pelawak di wayang orang yang berperan sebagai Gareng. Dunia lawak dikenal oleh S. Bagio selain dari ayahnya juga di dapat dari kesenian lokal, ketoprak, sandiwara dan wayang orang.
Tampil di dunia lawak pertama kali saat S. Bagio duduk ditingkat akhir Sekolah Rakyat pada saat penjajahan Jepang. Pada tahun 1952 di Purwokerto, S. Bagio diajak melawak oleh S. Derajat (nama panggung ayahnya). Namun namanya mulai dikenal ketika menjadi juara pertama kompetisi melawak se Jawa Tengah. Peran lawak yang di sukai oleh S. Bagio menjadi orang bodoh tapi berlagak pintar, dan itu menjadi karakternya setiap tampil melawak.
Tahun 1956 S. Bagio diterima di Fakultas Hukum GAMA (sekarang Universitas Gajah Mada), tapi hanya 3 hari menjadi mahasiswa karena istrinya melahirkan anak pertama. S. Bagio juga sempat bekerja di sebuah percetakan di Jogjakarta tapi hanya 1 bulan, lantaran panggilan hati untuk meneruskan profesi melawak.
Grup lawak pertama S. Bagio adalah Trio EBI (Eddy Sud, Bagio dan Iskak) yang dibentuk pada tahun 1956. Trio EBI menjuarai sayembara lawak umum, peringatan 200 tahun kota Jogjakarta dan pada tahun 1960 Bagio tergabung dalam Grup Lawak BIA (Bagio, Iskak dan Atmonadi).
Setelah itu dia membentuk Grup Lawak Bagio CS, dengan formasi Bagio, Atmonadi dan Iskak. Pada tahun 1964, formasi Bagio CS, berubah menjadi Bagio, Iskak dan Ateng. Saat Iskak dan Ateng bergabung dengan Grup Bing Slamet di Kwartet Jaya, Bagio CS kembali mengubah formasi menjadi Bagio, Diran, Darto Helm dan Sol Saleh.
Namun Bagio ada sosok pelawak yang cocok dipasangkan dengan pelawak lainnya, jika menghibur di panggung, film maupun rekaman kaset. Ketika namanya makin dikenal pada tahun 1960 Bagio dikontrak Biro Film Indonesia untuk bermain di Film Gaya Remaja, setelah itu Bagio main di Film Darah Tinggi, Istana Hilang, Taruna Jenaka, Lompong Suhu, Si Jimat, Kuntilanak, Jakarta By Pass dan 7 pahlawan.
Pada tahun 1969 untuk pertama kalinya Bagio menjadi pemeran utama dalam Film Mat Dower arahan sutradara Nyak Abas Akub dalam film tersebut dia beradu peran dengan Rahayu Effendi. Filmnya yang sangat fenomenal adalah Sang Guru pada tahun 1981, berkat peran apiknya sebagai guru lugu dan jujur bernama Topas, Bagio masuk dalam nominasi aktor terbaik FFI 1982.
Selama karirnya di layar lebar, Bagio bermain di 31 judul film, akhir 1970’an Bagio membentuk Grup Warung Tegal dengan personel Bagio CS ditambah Eddy Sud, Grup ini dibuat hanya untuk rekaman kaset lawak dan nyanyi di bawah Purnama Record.
Selain kaset rekaman Warung Tegal, Purnama Record juga mengeluarkan album lawak Bagio lainnya, seperti : Bagio ketemu Jojon bertajuk ‘warisan’ yang mempertemukan Grup Bagio CS dengan Jayakarta Grup, Bagio CS juga mengeluarkan album lawak bertajuk ‘Tarzan’ bersama Gepeng, Ateng, Iskak dan Teten.
Bagio juga tampil dalam kaset lawak Galatawa (pelesetan dari Kompetisi Sepakbola Galatama yang pada waktu itu sedang bergulir). Pada 1980’an Grup Bagio CS rutin tampil di TVRI. Dan industri periklanan di media massa ikut membuat Bagio meraih kesempatan, Bagio menjadi bintang iklan beberapa produk.
Awal 1990’an Bagio menjadi pendamping penyanyi cilik Melisa dalam video klip lagu anak Abang Tukang Bakso. Pada 14 Agustus 1993 Bagio meninggal dunia di RSCM karena penyakit leukimia.(Red)
Posting Komentar