Makin Banyak Generasi Muda Maluku di Belanda Lupa Bahasa dan Budaya Maluku, Patawala Luncurkan Platform Online Totaal Moluks

Piru (1/1/2025), saatkita.com - Salah satu warga keturunan Maluku yang bermukim di Negeri Belanda, Alfred Matitaputty menyatakan keprihatinannya, karena saat ini banyak dari anak muda warga keturunan Maluku yang hidup di Negeri Belanda sudah tidak bisa lagi berbahasa Melayu Ambon.

Alfred yang ditemui media ini, di Rumah Keluarga Matitaputty, Soa Wakan, Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, pada Rabu,(1/1/2025) mengungkapkan, walaupun bermukim di Negeri Belanda tetapi dirinya tetap mempertahankan tradisi-tradisi dari negeri asal ayahnya yaitu berbahasa Melayu Ambon dalam pergaulan sesama masyarakat keturunan Maluku di Negeri Belanda.

Selain itu, Alfred juga masih mempertahankan tradisi Maluku seperti kebiasaan makan papeda ikan kuah kuning, memakai pakaian tradisional Maluku pada hari-hari tertentu. dan juga tradisi-tradisi  lainnya.

Paman dari Pebalap superbike berdarah Ambon, Michael Van Der Mark mengisahkan, pada beberapa tahun lalu ada seorang pemuda keturunan Maluku yang bermukim di Belanda yang bernama Michael Patawala datang ke Maluku, tetapi dia tidak bisa berbahasa Melayu - Ambon karena itu dia mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat Maluku.

Setelah kunjungannya ke Maluku itu, menurut cerita Alfred, Patawala kemudian kembali ke Negeri Belanda dan mulai dengan serius mempelajari bahasa Melayu Ambon selama satu tahun, dimana Patawala juga mempelajari tradisi budaya melayu,  budaya dan sejarah Maluku sehingga mahir sekali.

Karena mengingat pengalamannya saat berkunjung ke Provinsi Maluku yang pertama kali itu, dimana ia tidak bisa berbahasa Melayu Ambon itu, maka Michael Patawala kemudian membuka sebuah situs online yang bernama Totaal Moluks.

Situs itu kemudian dimunculkan secara resmi pada tanggal 18 Mei 2024, di Museum Maluku dengan  tema Peluncuran Platform Online Totaal Moluks di Museum Maluku.

Diharapkan, melalui dunia digital baru ini, dimungkinkan untuk mempelajari budaya Melayu, budaya dan sejarah Maluku dengan cara yang mudah diakses.

Peluncuran dipandu oleh Rio Lekatompessy dan Michael Patawala. Mereka mendiskusikan pentingnya transfer budaya dan bahasa antara lain dengan Yaël Latuny, Mayella Lourens dan pendiri Jamie Schaduw.

Jamie kemudian menceritakan perjalanan pribadinya bersama Total Moluks dan akhirnya menghitung mundur bersama hingga go-live.(Nicko Kastanja)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama